Si kecil membawa sebalang guli
duduk bertinggung ditepi balkoni
bertongkat dagu merenung sepi
Saat itu yang memandang pasti turut simpati
Umpama si karang yang hiba
Ibarat juga layang-layang yang putus talinya
Serasa hilang punca
Serasa hidup tidak bermakna..
Ayah....Ayah!!
( Menjerit kecil si hati itu )
Ayah...~~
(Rintih air mata jiwa terguris)
Berapakah harga masamu untuk ku beli
Berapakah bernilainya dunia yang kau cari
Hingga disini aku sendiri
Terlontar terbuang tiada simpati
Ibu..Ibu..!!
(Bergema Villa itu)
Aku yang ibu kendong kini meniti hidup tanpa ibu
9 Bulan di Rahim ibu
Tidak terasakah kini untuk cuba memelukku?
Ibu..!~
Aku hanya memerlukan tanganmu..
sebentar cuma sesaat waktu
Buat kesat air mataku
dan membelai lembut ubun-ubun dan jemariku
Tatkala aku ditimpa sendu
Tatkala musibah menghantui daku...
Ibu..~....
Satu persatu..di tepi balkoni ..si kecil itu memanjat ,mendaki
Satu..
Dua..
Tiga..
Guli-guli itu dibuang..
Empat...
dibilang lagi ,air mata tetap beruraian..~
Merah
Jingga
kuning
Hijau
Dicampak ..serata alam..
biru
:
:
indigo
ungu~
senyum
Tunduk
Dan menggeleng...
Tertawa,serasa inginnya menangis
Senyuman kecutnya topeng dari isi hatinya
geram,amarah..disimpan sampai membusung didada..~
Arghhhh....~
Maafkan aku ibu..Ayah
Ajal itu lebih berhak mengambilku
Teman setia hanyalah bayangan kini
mati ku rasa kini
Denyut jantung ini terasa tidak berdetak lagi
Ingin ku bungkam gelap dengan teriakan kesal sesal sendiri
Tiada yang mengerti
Tiada yang bersimpati
Biar guli-guli menjadi saksi
Biar tangisan alam turut sekali...
Apalah dayaku ,takdirku memang untuk dibuang sendiri
Izinkan si kecil ini melelapkan mata
tiada daya
Yang ada hanya derita...........
( p/s:Tiada kaitan antara hidup atau mati..^^)
-Atin Jieha-
~Prihatin menjadi ayah,kasih menjadi seorang ibu~
06042011
1 ulasan:
Smakin tajam pena, semakin tajam gerak hati dalam menuturkan kata-kata...:) Teruskan
Catat Ulasan